Pembayaran Pelunasan Korban Lumpur Lapindo Masih Mendapatkan Janji Dari Minarak Lapindo Jaya Sekitar 250 Warga Korban Lumpur Lapindo Yang Tinggal Di Kahuripan Nirwan Terima Sertifikat Rumahnya Korban Leasing Sulit Mendapatkan Keadilan dari Kepolisian Polres Sidaorjo Tidak Menanggapai Laporan Korban Leasing Korban Leasing Takut Untuk Membuat Laporan Kepada Kepolisan Program Anak Asuh JAS MERAH untuk Anak-Anak Kurang Beruntung Isu Kudeta Tidak Terbukti, Lapas Di Jogja di Kudeta Pasukan Tidak Dikenal PT. MINARAK LAPINDO JAYA YANG BERJANJI MENYELESAIKAN SERTIFIKAT WARGA KAHURIPAN PADA BULAN OKTOBER, TIDAK TERBUKTI

Kamis, 22 September 2011

Kawasan Rawan Ambles Bisa Capai 10 Lebih dari Pusat Semburan Lumpur Lapindo


Pakar konstruksi yang juga alumnus Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Djaja Laksana, mengatakan daerah yang rawan ambles atau penurunan permukaan tanah (subsidence) tidak seperti yang diperkirakan berbagai pihak. Daerah rawan ambles bisa mencapai radius 10 kilometer dari pusat semburan lumpur Lapindo.

Menurut Djaja Laksana, rongga di bawah permukaan tanah di kawasan sekitar semburan diperkirakan semakin semakin melebar. “Dampaknya akan semakin dahsyat karena hingga kini lumpur terus keluar dari pusat semburan,” katanya, Selasa, 23 Agustus 2011.

Djaja Laksana mengingatkan, jalan tol Porong - Gempol, jalan arteri sebagai pengganti Jalan Raya Porong, maupun rel kereta api yang kini sedang dikerjakan, juga termasuk di daerah yang rawan ambles. Jika ingin aman dari ancaman penurunan permukaan tanah, lokasi pembangunan jalan tol, jalan arteri maupun rel kereta api harus digeser sampai melewati radius 10 kilometer dari pusat semburan.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Jasa Marga sebagai pelaksana pembangunan jalan tol Porong – Gempol untuk menggantikan jalan tol yang ditenggelamkan lumpur Lapindo, telah memutuskan untuk mengubah desain, terutama menggeser lokasi pembangunannya.

Desain semula, letak jalan tol baru itu sejauh 3 kilometer dari pusat semburan. Namun tim kajian Institut Teknologi Bandung menilai jarak 3 kilometer dari pusat semburan rentan terjadi tanah ambles. Itu sebabnya lokasinya digeser lebih jauh menjadi 4,5 kilometer. “Dengan dilakukannya perubahan desain dengan menjauhkan lokasinya dari pusat semburan, diharapkan jalan tol bertahan untuk masa waktu 40 tahun,” ujar Kepala Sub Direktorat Perencanaan Teknik Bina Marga PT Jasa Marga, Arief irianto, Kamis, 11 Agustus 2011.

Biaya pembangunan jalan tol baru tersebut mencapai Rp 800 miliar. Pembangunannya direncanakan akan dimulai awal tahun 2012 sambil menunggu tuntasnya pembebasan lahan.

Karena luasnya wilayah yang terancam ambles, menurut Djaja Laksana, yang lebih dahulu harus dituntaskan adalah menghentikan keluarnya semburan lumpur. Djaja Laksana adalah penemu metode bendungan Bernoulli untuk menghentikan semburan lumpur.

Djaja Laksana, pengusaha permesinan itu, kembali menegaskan bahwa bendungan Bernoulli merupakan metode terampuh untuk menghentikan semburan. Tingkat keberhasilannya mencapai 95 persen.

Djaja Laksana optimistis semburan dengan volume sekitar 120 ribu meter kubik per hari itu bisa mampet. "Tak hanya menghentikan, tapi juga bisa memasukkan kembali lumpur ke dalam perut bumi," paparnya.

Setelah semburan dihentikan, kawasan yang selama ini terendam lumpur bisa diubah menjadi kawan bisnis dan wisata. Di lokasi itu bisa dibangun berbagai fasilitas, seperti pusat perbelanjaan, hotel maupun pusat kebugaran dan arena permainan anak.

Djaja Laksana juga menguraikan, keseluruhan dana yang dibutuhkannya untuk menghentikan semburan lumpur mencapai Rp 4 triliun. ”Tahun 2006, metode saya sudah saya tawarkan, tapi ditolak pemerintah, padahal saya siapkan dana awal Rp 200 juta dari kantung pribadi," ucapnya.

Untuk menghentikan semburan dengan teori bernoulli, Dajaja akan akan memasang bendungan yang terdiri dari batang pipa yang dipasang mengelilingi pusat semburan. Deretan Pipa setinggi 50 meter, masing-masing berdiameter 50 centimeter dengan ketebalan 20 meter.

Ketika rakitan pipa terpasang mengelilingi pusat semburan, lumpur tidak akan mengalir meluas karena terhalang bendungan pipa. Dengan demikian lumpur akan memenuhi bendungan. Setelah penuh, beban massa lumpur yang ada dalam bendungan akan menutup lubang dan mematikan semburan. Dajaja menjamin kecil kemungkinan akan timbul semburan serupa di lokasi lain.

Ketua Panitia Khusus Lumpur DPRD Kabupaten Sidoarjo, Mundzir Dwi Ilmiawan, mempercayai paparan Daja Laksana. Menurut Mundzir, upaya PT Jasa Marga menggeser lokasi jalan tol Porong-Gempol sejauh 4,5 kilometer dari pusat semburan mengindikasikan bahwa daerah sekitar pusat semburan belum aman. Padahal perubahan desain jalan tol ini menyedot anggaran besar. "Berarti jalan arteri Porong juga tak aman," ujarnya.

Pembangunan jalan arteri Porong sepajang 7,1 kilometer menghabiskan anggaran Rp 356 miliar. Proses pembangunannya pun belum tuntas karena terkendala pembebasan lahan.

Juru Bicara Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Achmad Kusairi, menyangkal pernyataan Djaja Laksana. Sebab, daerah yang disiapkan untuk pembangunan jalan tol baru, jalan arteri, dan rel kereta api aman dari ancaman penurunan permukaan tanah (subsidance).

Achmad Kusairi membuktikan pernyataannya dengan menunjukkan fakta tidak adanya tanda-tanda keluarnya gelembung air bercampur lumpur (bubble) yang ekstrim di sekitar kawasan pembangunan tiga jalur jalan yang direncanakan dibangunan bersisian itu. "Bubble yang muncul selama ini hanya terjadi di permukaan dan tak berbahaya. Konstruksi jalan juga telah dirancang lebih kuat," tuturnya.

http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2011/08/23/brk,20110823-353212,id.html

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.

KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN SUDI MEMBACA ARTIKEL-ARTIKEL YANG ADA PERJUANGAN KAMI TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI KAMI TERUS AKAN MELAWAN SAMAPAI KAPANPUN BANTUAN DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT SANGAT KAMI BUTUHKAN, DERITA KAMI JANGAN DI BAWA KE RANAH POLITIK

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More