Anak-Anak koban lumpur Lapindo memperingati Hari Anak Nasional, aksi menggelar kegiatan seni yang bertema ‘Celoteh Ini Senjata Kami’. Aksi seni dan kreataifitas berbagai ragam kegiatan yang ditampilkan anak-anak dari korban lumpur Lapindo ini, merupakan bagian
dari perlindungan terhadap anak-anak terutama akibat dampak semburan lumpur Lapindo yang muncul 5 tahun yang lalu.
Untuk mengobati rasa trauma yang di alami anak-anak korban lumpur Lapindo, agar terlepas dari segala persoalan yang terjadi pada kasus korban Lapindo, berbagai macam seni mereka sajikan dengan penuh suka cita dan gembira, beberapa koleksi foto-foto yang dipotret oleh anak-anak yang tanpa memiliki kemampuan selayaknya fotografer profesinoal, secara bergiliran untuk dipamerkan, kebanyakan tema dari foto-foto tersebut masih tentang kondisi yang di alami di sekitar mereka, dan karya foto ini mendominasi seluruh ruang dalam sanggar.
Muhammad Irsyad Pendiri Sanggar Anak Al FAZ, ingin memberikan apresiasi
karya anak-anak korban Lumpur Lapindo. Pada momen peringatan hari anak nasional ini dirinya ingin
membangkitkan kembali semangat, keluguan, kecerian dan kemandirian pada anak-anak korban lumpur
Lapindo atas segala macam persoalan yang di alami oleh korban lumpur Lapindo. “Anak-anak korban lumpur Lapindo pada umumnya posisinya sangat lemah dan sangat membutuhkan
perlindungan dan perhatian yang cukup dari kita semua, anak-anak korban lumpur Lapindo hampir tidak pernah tersentuh” ungkapnya Jumat
(22/7/2011).
Banyak kisah yang lucu dan mengelikan dalam aksi menggambar yang digoreskan oleh anak-anak korban lumpur Lapindo, coretan dan goresan yang di buat oleh anak-anak juga masih sekitar kejadian semburan lumpur panas yang timbul dari sumur Lapindo Brantas inc. milik Bakrie grup.
Salah satunya coretan gambar yang menarik, lukisan berjudul Bakrie kurang ajar, gambar babi merah muda, bagian atasnya bertulis: Suatu hari ada babi
bernama bakrie. Bingkai kedua bertulis: Bakrie merusak desa Besuki,
dengan gambar atap rumah tenggelam lumpur dan babi yang memandangnya
berujar,"ha...ha...ha syukurin kalian." Berikutnya, Warga melawan
Bakrie: beberapa orang membawa pentungan dan berteriak,"
tangkap...hajar...sikat!!!", gambarnya babi lari dikejar dengan
teriakan,"tolong...". Pada bagian keempat nampak babi di atas panggangan
kayu bakar: "Akhirnya babi Bakrie dijadikan Babi panggang".
Dia juga menyatakan, sekarang ini yang
terjadi, lanjutnya, anak-anak sangat terabaikan di tengah pusaran dan
permasalahan Lumpur Lapindo. Anak-anak ini secara tidak sadar telah
dikorbankan lagi oleh kondisi masyarakat dalam hal ini orang tua yang
terus berusaha untuk memperjuangkan nasibnya memperoleh ganti rugi.
“Mestinya kebutuhan anak-anak juga harus diperhatikan demi masa depan
mereka semua,”tandasnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu membuka kesadaran kita dan agar lebih memperhatikan kondisi dampak yang di alami dikalangan anak–anak korban
lumpur Lapindo, kasih sayang kita semua sangat dibutuhkan oleh meraka.
“Kami menagih tanggung jawab sosial politik kepada pemerintah untuk memberikan
perlindungan, fasilitas dan prioritas bagi jaminan hak-hak terutama pada anak–anak korban lumpur
Lapindo,”pungkasnya.
Sanggar Al Faz milik Muhammad Irsyad yang pernah terendam lumpur Lapindo terletak di sebelah timur bekas Jalan Tol Sidoarjo-Gempol didirikan tiga tahun yang lalu. Wilayah ini sendiri tidak masuk dalam wilayah peta terdampak yang sudah di tetapkan pemerintah untuk diberikan ganti rugi, yang menjadi tanggung jawab Lapindo Brantas Inc ataupun APBN-P.
Muhammad Irsyad bangga dan senang menggunakan rumahnya untuk kegiatan
sanggar ini. Rumah yang berukuran dua puluh lima meter persegi dipakai kegiatan latihan tari dan musik, begitu antusiasnya anak-anak untuk ikut latihan, terpaksa bagian dalam ruangan tamupun harus direlakan untuk dugunakan latihan oleh anak-anak.
Hampir setiap sore anak-anak berkumpul untuk berlatih dan bermain.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.