Bencana lumpur Lapindo Sidoarjo (LUSI) yang muncul sejak 2006 kini sudah hampir 5 tahun. Ilmuwan Rusia yang melakukan penelitian atas masalah menemukan hal mengejutkan. "Bencana LUSI adalah bencana alam,” kata Ketua Tim Riset Russian Geological Research Institute Russian Academy of Sciences, Dr Sergey V Kadurin, di Four Season Hotel Jakarta, Kamis (30/9/2010).
Berdasarkan riset yang telah dilakukan Dr Kadurin menunjukkan LUSI terjadi akibat kembali aktifnya struktur gunung lumpur yang telah terbentuk 150 ribu sampai 200 ribu tahun silam. Gunung lumpur ini kemudian meletus pada 29 Mei 2006. Selain itu, ilmuwan ini juga menyebutkan bencana ini terjadi karena dipicu beberapa gempa yang terjadi pada 2005-2006.
Final Trigger LUSI, menurut ilmuwan Rusia, ini adalah gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 yang memiliki kekuatan 6,3 skala richter mengakibatkan kondisinya seperti sekarang ini. "Hal ini membuktikan LUSI bukan disebabkan pengeboran sumur seperti yang diketahui orang," tegas Dr Kadurin.
Dr Kadurin juga menegaskan bencana ini tak terelakkan dan merupakan peristiwa alam. "Pada akhirnya, bencana ini memang akan terjadi."
Saat ditanya apakah LUSI dapat dimanfaatkan lebih lanjut, para ilmuwan Rusia ini mengatakan mereka butuh melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahuinya.
Senada dengan itu, Senior Manager Geology BP Migas, Awang H Satyana, mengatakan berdasarkan penelitian, LUSI merupakan bencana alam yang memang seharusnya terjadi. Awang membantah LUSI akibat human error. "Tidak ada solusi untuk bencana ini, yang bisa dilakukan hanya menyiasati bagaimana bencana ini tidak menimbulkan kerugian lebih lanjut,” ujar Awang.
Awang juga menjelaskan bahwa berapapun dana yang dikeluarkan pemerintah guna mengatasi bencana ini akan sia-sia saja, lebih baik digunakan untuk evakuasi. Menurutnya, pengeboran masih bisa dilakukan di area sekitar, namun untuk melakukan pengeboran sumur baru harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.
Daerah yang memiliki potensi sama dengan Sidoarjo adalah daerah yang berada di sepanjang jalur Bogor, Serayu Utara, Geneng dan Selat Madura. Namun bencana serupa tidak akan muncul apabila tidak ada trigger yang memicunya seperti pada LUSI.
Tidak ada solusi menanggulangi bencana ini, saat ini yang bisa dilakukan hanya melakukan pengawasan. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut nantinya akan digunakan untuk memprediksi tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan. Indonesia dan Rusia dalam hal ini bekerja sama dalam bentuk penelitian LUSI guna menemukan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan Dr Kadurin menunjukkan LUSI terjadi akibat kembali aktifnya struktur gunung lumpur yang telah terbentuk 150 ribu sampai 200 ribu tahun silam. Gunung lumpur ini kemudian meletus pada 29 Mei 2006. Selain itu, ilmuwan ini juga menyebutkan bencana ini terjadi karena dipicu beberapa gempa yang terjadi pada 2005-2006.
Final Trigger LUSI, menurut ilmuwan Rusia, ini adalah gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 yang memiliki kekuatan 6,3 skala richter mengakibatkan kondisinya seperti sekarang ini. "Hal ini membuktikan LUSI bukan disebabkan pengeboran sumur seperti yang diketahui orang," tegas Dr Kadurin.
Dr Kadurin juga menegaskan bencana ini tak terelakkan dan merupakan peristiwa alam. "Pada akhirnya, bencana ini memang akan terjadi."
Saat ditanya apakah LUSI dapat dimanfaatkan lebih lanjut, para ilmuwan Rusia ini mengatakan mereka butuh melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahuinya.
Senada dengan itu, Senior Manager Geology BP Migas, Awang H Satyana, mengatakan berdasarkan penelitian, LUSI merupakan bencana alam yang memang seharusnya terjadi. Awang membantah LUSI akibat human error. "Tidak ada solusi untuk bencana ini, yang bisa dilakukan hanya menyiasati bagaimana bencana ini tidak menimbulkan kerugian lebih lanjut,” ujar Awang.
Awang juga menjelaskan bahwa berapapun dana yang dikeluarkan pemerintah guna mengatasi bencana ini akan sia-sia saja, lebih baik digunakan untuk evakuasi. Menurutnya, pengeboran masih bisa dilakukan di area sekitar, namun untuk melakukan pengeboran sumur baru harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.
Daerah yang memiliki potensi sama dengan Sidoarjo adalah daerah yang berada di sepanjang jalur Bogor, Serayu Utara, Geneng dan Selat Madura. Namun bencana serupa tidak akan muncul apabila tidak ada trigger yang memicunya seperti pada LUSI.
Tidak ada solusi menanggulangi bencana ini, saat ini yang bisa dilakukan hanya melakukan pengawasan. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut nantinya akan digunakan untuk memprediksi tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan. Indonesia dan Rusia dalam hal ini bekerja sama dalam bentuk penelitian LUSI guna menemukan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
http://beritajatim.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.