Kurang dari sepuluh bulan ke depan sejak Juli
2011- Jawa Timur bakal kembali menggelar serangkaian pemilihan kepala
daerah (Pilkada). Partai-partai pun mulai memanaskan kembali mesin
politik mereka masing-masing. Berkaca pada hasil Pilkada di Jatim
2010-2011, PDIP-Golkar bersaing ketat menguasai Jatim, sementara partai
penguasa yaitu PD ‘tak bertaring’ lagi mengeruk suara.
“Selain
Golkar, masih ada partai PDIP yang juga masih kuat dalam pertarungan
politik di Jatim. Peta politik kekuatan parpol besar PDIP, Golkar dan
PKB di Jatim memang bisa dibilang merata,” ujar pengamat politik dari
Universitas Airlangga, Muhammad Asfar, Rabu (6/7).
Menurut
catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, Pilkada paling dekat digelar
yaitu Kota Batu. Kota Apel ini akan memasuki masa persiapan Februari
2012 dan pemungutan suaranya, September 2010.
Sesuai
dengan Peraturan KPU No. 9/2010, pungutan dilakukan 60 hari sebelum
berakhirnya masa jabatan kepala daerah. Di Kota Batu, masa jabatan
Walikota Batu Eddy Rumpoko berakhir 24 Desember 2012. Sedangkan masa
persiapan, berdasarkan peraturan KPU, mulai digelar sejak 210 hari
sebelum pungutan suara.
Setelah Kota Batu
berderet-deret diagendakan Pilkada Kabupaten Probolinggo, Kab. Sampang,
Bangkalan, Bojonegoro, Nganjuk, Pamekasan, Tulungagung, Pasuruan,
Magetan, Madiun, Lumajang, Bondowoso, Kota Malang, Jombang, Kota
Probolinggo, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Madiun dan ditutup dengan
Pilkada Gubernur pada 2014. Pilkada ini dijadwalkan digelar sepanjang
2012-2013.
Menurut penelusuran Surabaya Post,
bercermin dari hasil Pilkada-Pilkada sebelumnya (2010-2011), drai 18
Pilkada yang digelar, parpol lama seperti PDIP, Golkar dan PKB menjadi
parpol pengusung utama dan parpol yang paling banyak menge-golkan
pasangan calon kepala daerah menjadi kepala daerah.
Berdasarkan
data rekapitulasi Pilkada se-Jawa Timur 2010-2011 yang dikeluarkan KPU
Jatim, baik PDIP maupun Golkar terbukti masih menjadi kendaraan politik
‘ampuh’ bagi pasangan calon kepala daerah.
PDIP,
misalnya, menjadi partai pengusung utama dalam Pilkada di 8
kabupaten/kota, seperti Kabupaten Kediri, Ngawi, Kota Blitar,
Trenggalek, Surabaya, Jember, Banyuwangi, dan Kabupaten Blitar.
Sementara,
Golkar merupakan partai yang paling sukses menge-golkan pasangan calon
menjadi kepala daerah (secara lengkap lihat tabel). Partai berlambang
pohon beringin ini, meski menjadi partai pengusung utama hanya di tiga
daerah (Gresik, Kabupaten Malang dan Ponorogo), namun Golkar menjadi
partai pendukung di 7 kabupaten atau kota (Kediri, Ngawi, Lamongan,
Situbondo, Jember, Kota Pasuruan, dan Blitar). Total ada 10 kepala
daerah yang diusung maupun didukung Golkar bersama dengan parpol lain
sukses dalam pemilu.
Sekadar diketahui,
pengusung di sini artinya partai tersebut sejak awal memang sudah
memberikan dukungan kepada calon. Sedangkan pendukung merupakan partai
yang menyusul kemudian memberikan dukungan karena beberapa faktor,
seperti calonnya ikut maju.
Masih berdasarkan
data tersebut, selain PDIP dan Golkar, PKB juga termasuk partai yang
juga termasuk paling banyak mengantarkan calon kepala daerah.
Dalam
Pilkada 2010-2011, PKB menjadi pengusung utama di 4 kabupaten/kota,
yakni Kab. Mojokerto, Kota Pasuruan, Sidoarjo, danTuban. Partai yang
salah satunya berbasis masa para Nahdliyin ini juga menjadi pendukung di
empat Pilkada, yakni Lamongan, Kota Blitar, Trenggalek, Banyuwangi.
Sedangkan
partai pemenang pemilu, Demokrat, justru nyaris tak terdengar. Sebagai
partai pengusung, Demokrat hanya mampu merebut Pacitan yang merupakan
kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selebihnya, Demokrat hanya
menjadi pengikut saja, seperti di Lamongan, Kab. Malang, dan Kab.
Blitar.
Berdasarkan data tersebut,
PDIP dan PKB menjadi parpol pengusung yang sendirian sukses mengantarkan
pasangan calon menjadi kepala daerah, yakni pasangan Tri
Rismaharini-Bambang DH (PDIP) dan Saiful Ilah-MG Hadi Soetjipto
(PKB).
Tentang banyaknya calon kepala
daerah yang partai ‘kakap’ dan sukses menjadi kepala daerah, Asfar
menilai partai Golkar menjadi salah satu yang kuat dalam pertarungan
politik.
Menurutnya, ada dua hal yang membuat
Golkar sangat berhasil dalam mengusung setiap calon kepala daerahnya.
Pertama adalah partai Golkar, selalu memiliki calon kepala daerah yang
sebelumnya atau telah lama dikenal masyarakat. “Jadi peluang
mengantarkan calon kepala daerah untuk memenangkan Pilkada cukup besar,”
katanya.
Kedua, lanjut Asfar, partai Golkar
adalah partai yang konsisten menggunakan cara-cara modern untuk
menentukan calon-calon kepala daerahnya. “Dalam setiap menentukan calon
kepala daerahnya, partai Golkar selalu menggunakan survei,” katanya.
Sementara
itu, pengamat politik Unair, Hariadi lebih mengomentari ‘gagalnya’
Demokrat di Jawa Timur. “Koalisi yang dibangun Demokrat kurang bagus,
karena walaupun kalah tapi bersaing ketat hanya terjadi di Surabaya,
selebihnya tidak,” ujar Hariadi.
Ini, menurut
Hariadi, menandakan Demokrat tidak cukup punya kader untuk berkompetisi
dan rencana jangka panjang untuk mempersiapkan Pilkada. Karena Demokrat
mempersiapkan calonnya secara dadakan, hampir dipastikan kalah dalam
Pilkada. “Mereka memang tidak punya kader yang memadai, karena Demokrat
ketika pemilu legislatif pemilihan suaranya tinggi bukan karena orang
memilih kader dari Demokrat tetapi karena Demokrat sudah teridentifikasi
dengan figur SBY” ujarnya.
Hariadi
mengatakan, ke depan kekuatan lain yang patut diperhitungkan di Jatim
adalah PDIP dan Golkar. PDIP cukup diperhitungkan karena di Jatim sistem
pengkaderannya bagus. Sedangkan Golkar keliatan akan ada kenaikan,
sekalipun bukan nomer satu tetapi diprediksi mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Demikian juga dengan PKB, PKB bisa menjadi lebih penting
jika PKNU bisa kembali lagi ke habitatnya yakni PKB.
Sementara,
parpol-parpol mengaku mulai ancang-ancang berebut ‘daerah’ di Pilkada
mendatang. Seperti yang dikatakan DPD PDIP Jatim. Partai berlambang
banteng moncong putih ini menarget memenangi 11 dari 19 Pilkada di Jatim
yang bakal digelar sepanjang 2012-2013.
Ketua
DPD PDIP Jatim Sirmadji Tjondropragolo, mengatakan dari 11 Pilkada yang
ditarget menang, 9 di antaranya adalah kabupaten dan kota yang saat ini
dipimpin kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan.
Untuk
diketahui 9 daerah itu adalah Kabupaten Magetan, Nganjuk, Jombang,
Tulungagung, dan Kabupaten Pasuruan, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota
Mojokerto, dan Kota Batu. “Ada kemungkinan target bisa berubah melihat
situasi,” ujarnya.
Berbeda dengan Demokrat,
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo masih enggan membeberkan target
meski pihaknya sudah melakukan persiapan ke arah sana. “Belum ada
target, yang jelas kita cek betul persiapannya seperti apa, itu yang
paling penting,” ujar Soekarwo ditemui di gedung DPRD Jatim, Selasa
(5/7).
Sementara, Ketua Bidang Organisasi DPD
Golkar Jatim Gatot Sudjito mengatakan Golkar masih akan menunggu hasil
survei sebelum pertarungan dalam Pilkada dimulai. Hasil survei itu
nantinya akan menunjukkan bagaimana langkah Golkar dalam menghadapi
Pilkada. Apakah menjadi partai pengusung atau partai pendukung.“Sejauh
ini kami masih menungu hasil survei itu, yang jelas hasil survei itu
akan dijadikan patokan kami dalam menentukan dukungan,” kata Gatot, Rabu
(6/7).
Setidaknya, di wilayah Jatim Golkar
berkeinginan untuk mempertahankan daerah yang memiliki kepala daerah
dari kadernya. Sejauh ini ada sebelas daerah yang kepala daerahnya
merupakan kader Golkar. Sebut saja Kabupaten Malang, Kabupaten Gresik,
Situbondo, Ponorogo, Lamongan, Pasuruan, Kediri, Banyuwangi, Blitar,
Pamekasan, Sampang.
Ia meyakini daerah yang
sudah diduduki oleh kader dari Golkar akan tetap bisa mempertahankan
posisinya sebagai Kepala Daerah. Ia mengatakan penentuan calon kepala
daerah dari Golkar ditentukan beberapa faktor.
Faktor
pertama adalah kemungkinan terpilih atau elektabilitasnya. Semakin
strategis calon yang memiliki tingkat elektabilitas akan semakin
didukung oelh Golkar. Selain itu, Gatot juga tidak memungkiri kekuatan
finansial atau keuangan menjadi salah satu motor untuk bisa memenangkan
diri dalam Pilkada.“Tetapi yang menjadi perhatian kami adalah bagaimana
bisa menerjemahkan suara rakyat. Kami tetap berpedoman bahwa suara
Golkar adalah suara rakyat,” tuturnya.
Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=de40a4eeb132b3038134587373bd0bdd&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.