Pembayaran Pelunasan Korban Lumpur Lapindo Masih Mendapatkan Janji Dari Minarak Lapindo Jaya Sekitar 250 Warga Korban Lumpur Lapindo Yang Tinggal Di Kahuripan Nirwan Terima Sertifikat Rumahnya Korban Leasing Sulit Mendapatkan Keadilan dari Kepolisian Polres Sidaorjo Tidak Menanggapai Laporan Korban Leasing Korban Leasing Takut Untuk Membuat Laporan Kepada Kepolisan Program Anak Asuh JAS MERAH untuk Anak-Anak Kurang Beruntung Isu Kudeta Tidak Terbukti, Lapas Di Jogja di Kudeta Pasukan Tidak Dikenal PT. MINARAK LAPINDO JAYA YANG BERJANJI MENYELESAIKAN SERTIFIKAT WARGA KAHURIPAN PADA BULAN OKTOBER, TIDAK TERBUKTI

Senin, 04 April 2011

Rezim SBY Lakukan Dua Manipulasi Besar

Dua manipulasi terbesar yang dilakukan rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama menjalankan pemerintahannya. Yaitu, manipulasi keuangan negara untuk mengisi kantong kekuasaan dan manipulasi indikator kesejahteraan dalam rangka pencitaan politik.

Menurut Direktur Institute for Global Justice, Salamuddin Daeng, bentuk manipulasi keuangan negara dilakukan dengan memperbesar keuangan pemerintah melalui cara mencetak surat utang.

Selama pemerintahannya, SBY sudah menjual surat utang hingga mencapai Rp 488,77 triliun. Total peningkatan surat berharga negara selama 6 tahun terakhir mencapai 156,40 persen. Dan Gubernur BI Darmin Nasution memastikan cadangan devisa hingga awal Maret 2011 telah menembus angka 100 miliar dolar AS.

"Kebijakan pemerintah SBY menjual surat berharga negara, yang menjadi sebab mengapa devisa negara mengalami peningkatan secara tajam. Dari total devisa negara pada Januari 2011 sebesar 89.032 miliar dolar AS, sebanyak 92,7 persen bersumber dari surat utang," kata Salamudin Daeng, dalam diskusi di Doekoen coffee, Pancoran, Jakarta, Minggu (27/3/2011).

Menurut Salamudin, surat utang tersebut digunakan SBY untuk penyelenggaraan kekuasaan negara melalui APBN dan membiayai impor yang marak dalam enam tahun terakhir ini, termasuk impor pangan. "Dengan demikian, pemerintahan ini sama sekali tidak menghidupkan negara dari produktivitas. Tetapi dari menjual aset-aset negara melalui surat utang," ungkapnya seperti dilansir RM Online.

Data Pengangguran Dimanipulasi
Di Indonesia, seseorang bisa disebut bekerja atau tidak menganggur bila sudah bekerja satu jam per minggu. Sementara di seluruh dunia, seseorang bisa dinilai tidak menganggur bila sudah bekerja minimal 15 jam per minggu.

"Parahnya, survei yang dilakukan pemerintah pada saat musim panen, sehingga petani yang menganggur berbulan-bulan dinilai bukan pengangguran,"  kata dosen FISIP Universitas Indonesia (UI) Syamsul Hadi, dalam diskusi di Doekoen Coffee, Pancoran, Jakarta, Minggu (27/3).

Hal lain, kata Syamsul Hadi, pemerintah mengklaim telah mampu mengurangi jumlah pengangguran. Misalnya pada Februrai 2007, pemerintah mengklaim jumlah tenaga kerja sekitar 97,6 orang. Sementara pada Desember 2008, jumlah tenaga kerja mencapai 102 juta. Artinya, pemerintah mengklaim telah menciptakan lapangan kerja bagi 4,4 juta orang.

"Namun pemerintah memanipulasi bahwa faktanya pekerja di sektor formal hanya 28 persen dan pekerja informal sebanyak 72 persen. Jadi 72 persen bukan karena kebijakan pemerintah melainkan karena usaha sendiri," bebernya.

Data Penduduk Miskin Dimanipulasi
Data resmi pemerintah SBY menyebutkan, jumlah angka kemiskinan terus menurun setiap tahun. Tepatnya, rata-rata tiap tahun menurun satu persen. Pada tahun 2006, jumlah kemiskinan mencapai 17,36 persen. Namun tahun 2007, menurun menjadi 16 persen. Kemudian di tahun 2008, menurun kembali menjadi 15,45 persen.

Semantara pada tahun 2009 jumlah kemiskinan mencapai 14,15 persen dan pada tahun 2010 jumlah kemiskinan hanya 13,33 persen. "Namun angka ini penuh manipulasi, karena ada kesenjangan dengan standar angka kemiskinan," kata dosen FISIP UI, Syamsul Hadi dalam diskusi di Doekoen Coffee, Minggu (27/3).

Menurut Syamsul, standar angka kemiskinan yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2009 adalah pendapatan Rp226.000 per bulan. Sementara pada 2010 menjadi Rp211.000 per bulan. "Sekarang orang yang berpenghasilan Rp250.000 per bulan dinilai tidak miskin. Padahal uang segitu cukup buat apa?" papar dosen FISIP UI.


0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.

KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN SUDI MEMBACA ARTIKEL-ARTIKEL YANG ADA PERJUANGAN KAMI TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI KAMI TERUS AKAN MELAWAN SAMAPAI KAPANPUN BANTUAN DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT SANGAT KAMI BUTUHKAN, DERITA KAMI JANGAN DI BAWA KE RANAH POLITIK

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More