Ramayana dari asal kata Rama = menyenangkan/menarik/anggun/cantik/bahagia dan Yana berarti pengembaraan., yang kisah tersebut ditulis Walmiki dari India sekitar tahun 400 Sebelum Masehi, berbahasa Sanskerta, yang selanjutnya dikembangkan oleh penulis-penulis lain, sehingga minimal juga ada 3 (tiga) kisah Ramayana versi India.
Kisah Ramayana muncul dalam banyak
versi, yaitu antara lain di Vietnam, Kamboja, Laos, Burma, Thailand, Cina,
Indonesia maupun di India (tempat asal cerita) sendiri. Menurut Dr.Soewito S.
Wiryonagoro, di Indonesia sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) versi, yaitu Ramayana
Kakawin, yang terlukis dalam relief-relief di dinding candi seperti candi
Lorojonggrang Prambanan dan Candi Penataran, dan yang berkembang di masyarakat
dalam wujud cerita drama.(wayang kulit, sandiwara dan film).
Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah
dan kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi
komentar : "Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh
adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan". Dalam cakupan luas,
pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra
Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Sari dari Sastra Jendra adalah ilmu/ajaran
tertinggi tentang keselamatan, mengandung isi dan nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa. Namun karena ilmu ini bersifat sangat rahasia (tidak
disebarluaskan secara terbuka karena penuh penghayatan bathin yang terkadang
sulit diterima umum secara rasional), maka tidak mungkin disebar-luaskan secara
terbuka. Sebelum seseorang menyerap ilmu ini ia harus mengerti terlebih dahulu
tentang mikro dan makro kosmos, sehingga yang selama ini dipaparkan termasuk
melalui wayang, hanyalah kulitnya saja. Sastra Cetha (terang)
adalah berisi ajaran tentang peran, sifat dan perilaku raja.
Sedangkan Asthabrata telah diuraikan tersebut diatas.
Di jaman Mataram kuna, saat
Prabu Balitung (dinasti Sanjaya) memerintah, telah ada kitab sastra Ramayana
dalam bahasa Jawa Kuna (Kawi), yang tidak menginduk pada Ramayana Walmiki.
Ramayana sebenarnya diambil
dari cerita yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India
dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka,
yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri
India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang
dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang
tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta
(dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain,
umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan
berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan
diragukan.
Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas
pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan
merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat
berkembang di India. sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi
di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga
disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka.
Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil
menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu
Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi
Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh
negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah
berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang
diragukan diragukan. Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong,
yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan
melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India.
Dalam khazanah kesastraan Ramayana
Jawa Kuno, dalam versi kakawin (bersumber dari karya
sastra India abad VI dan VII yang berjudul Ravanavadha/kematian Rahwana
yang disusun oleh pujangga Bhatti dan karya sastranya ini sering disebut Bhattikavya)
dan versi prosa (mungkin bersumber dari Epos Walmiki kitab terakhir
yaitu Uttarakanda dari India), secara singkat kisah Ramayana diawali
dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra mahkota Prabu
Dasarata di Kosala dengan ibukotanya Ayodya. Tiga saudara tirinya bernama Barata,
Laksmana dan Satrukna. Rama lahir dari isteri pertama Dasarata
bernama Kausala, Barata dari isteri keduanya bernama Kaikeyi
serta Laksmana dan Satrukna dari isterinya ketiga bernama Sumitra.
Mereka hidup rukun.
Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru
kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti
sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya
menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri
sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila,
adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang
direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi
mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan
Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah
dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun
dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan
Laksmana.
Namun kepergian Rama membuat Dasarata
sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para
petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak,
karena menganggap bahwa tahta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata
disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu
kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan
menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar
Rama kembali ke Ayodya dan naik tahta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan
titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus
membujuk Barata agar bersedia naik tahta. Setelah menerima sepatu dari Rama,
Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai
wakil kakaknya
Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan
Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa
yang meresahkan masyarakat disekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang
menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan
Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat
hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu
kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka,
sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama.
Dengan bantuan Marica
yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik
Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha
menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang
terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana
yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa
pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat
persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta
kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang
lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta.
Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi
mencari Sinta.
Atas petunjuk Sempati, kakak
Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman
meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka,
Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera
membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama.
Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik
Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka.
Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya,
Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja
Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan. Yang menarik dan
sampai saat ini sangat populer di Jawa, adalah adanya ajaran tentang
bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah kerajaan atau negara
dari Rama kepada Wibisana, yang dikenal dengan sebutan ASTHABRATA.
Setelah berhasil membebaskan Sinta,
pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan
kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan
meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit,
serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian
dinobatkan menjadi raja.
Pada akhir ceritera, ada perbedaan
mencolok antara dua versi Ramayana Jawa Kuno. Untuk versi kakawin dikisahkan,
bahwa Sinta amat menderita karena tidak segera diterima oleh Rama karena
dianggap ternoda. Setelah berhasil membersihkan diri dari kobaran api, Sinta
diterimanya. Dijelaskan oleh Rama, bahwa penyucian itu harus dilakukan untuk
menghilangkan prasangka buruk atas diri isterinya. Mereka bahagia.
Sedangkan di dalam versi prosa,
menceritakan bagaimana Rama terpengaruh oleh rakyatnya yang menyangsikan
kesucian Sinta. Disini Sinta yang sedang mengandung di usir oleh Rama dari
istana. Kelak Sinta melahirkan 2 (dua) anak kembar yaitu Kusha dan Lawa.
Kemudian kisah ini diahiri dengan ditelannya Sinta oleh Bumi.
Kisah Ramayana mempunyai banyak versi
dengan berbagai penyimpangan isi cerita, termasuk di India sendiri.
Penyebarannya hampir di seperempat penduduk dunia atau minimal di Asia
Tenggara. Sedangkan di Indonesia, diketahui sekitar 7 - 8 abad yang lalu, walau
sesungguhnya di Indonesia dapat ditemukan jauh lebih dini yaitu sebelum abad 2
Sebelum Masehi.
Ramayana dari asal kata Rama yang
berarti menyenangkan; menarik; anggun; cantik; bahagia, dan Yana
berarti pengembaraan. Cerita inti Ramayana diperkirakan ditulis oleh
Walmiki dari India disekitar tahun 400 SM yang kisahnya dimulai antara 500 SM
sampai tahun 200, dan dikembangkan oleh berbagai penulis. Kisah Ramayana ini
menjadi kitab suci bagi agama Wishnu, yang tokoh-tokohnya menjadi teladan dalam
hidup, kebenaran, keadilan, kepahlawanan, persahabatan dan percintaan, yaitu:
Rama, Sita, Leksmana, Sugriwa, Hanuman, Wibisana. Namun disini, kami
informasikan tentang Ramayana versi Jawa.
Di zaman Mataram Kuno saat Prabu Dyah
Balitung (Dinasti Sanjaya) bertahta, telah ada kitab sastra Ramayana berbahasa
Jawa Kuno (Jawa Kawi), tidak menginduk pada Ramayana Walmiki, lebih singkat,
memuat banyak ajaran dan katanya berbahasa indah. Di awal abad X sang raja
membuat candi untuk pemujaan dewa Shiwa, yaitu Candi Prambanan
(candi belum selesai sampai wafatnya raja yang, maka dilanjutkan oleh penggantinya
yaitu Prabu Daksa) yang sekaligus menjadi tempat ia dikubur, dengan relief
Ramayana namun berbeda dengan isi cerita Ramayana dimaksud.
Ramayana Jawa Kuno memiliki 2 (dua)
versi, yaitu Kakawin dan Prosa, yang bersumber dari naskah India yang
berbeda, yang perbedaan itu terlihat dari akhir cerita. Selain kedua versi itu,
terdapat yang lain yaitu Hikayat Sri Rama, Rama Keling dan lakon-lakon.
Cerita Ramayana semakin diterima di
Jawa, setelah melalui pertunjukan wayang (wayang orang, wayang kulit purwa termasuk
sendratari). Tapi ia kalah menarik dengan wayang yang mengambil cerita
Mahabharata, karena tampilan ceritanya sama sekali tidak mewakili perasaan kaum
awam (hanya pantas untuk kaum Brahmana dan Satria) walau jika dikaji lebih
mendalam, cerita Ramayana sebenarnya merupakan simbol perjuangan rakyat merebut
kemerdekaan negerinya.
Bahwa cerita Ramayana tidak bisa merebut
hati kaum awam Jawa seperti Mahabharata, antara lain disebabkan:
- Ceritanya dipenuhi oleh lambang-lambang dan nasehat-nasehat kehidupan para bangsawan dan penguasa negeri, yang perilaku dan tindakannya tidak membaur di hati kaum awam;
- Ramayana adalah raja dengan rakyat bangsa kera yang musuhnya bangsa raksasa dengan rakyat para buta breduwak dan siluman;
- Kaum awam memiliki jalan pikiran yang relatif sangat sederhana, dan berharap pada setiap cerita berakhir pada kebahagiaan.
Yang menarik sampai saat ini di
Indonesia (Jawa) adalah adanya suatu ajaran falsafah yang terdapat di Ramayana,
yaitu ajaran Rama terhadap adik musuhnya bernama Gunawan Wibisana yang
menggantikan kakaknya, Rahwana, setelah perang di Alengka. Ajaran itu dikenal
dengan nama Asthabrata, (astha yang berarti delapan dan brata yang
berarti ajaran atau laku). yang merupakan ajaran tentang bagaimana
seharusnya seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran
dimaksud yang juga dapat dilihat dalam Diaroma gambar wayang di Museum
Purnabakti TMII (1994 M), yaitu :
- Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
- Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
- Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
- Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
- Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energie, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
- Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
- Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
- Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
2 komentar:
It was very useful for me. Keep sharing such ideas in the future as well. This was actually what I was looking for, and I am glad to came here! Thanks for sharing the such information with us.
What you're saying is completely true. I know that everybody must say the same thing, but I just think that you put it in a way that everyone can understand. I'm sure you'll reach so many people with what you've got to say.
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Rela Berkunjung di Blog Agustinus.